Sabtu, Januari 31, 2009

Tentang si 3 tahun ...


Menurut Piaget, ahli perkembangan kognitif, anak umur 3 tahun masuk tahapan pre-operational. Maksudnya, anak sudah mengenal symbol (kata-kata, angka, gerak tubuh atau gambar) untuk mewakili benda-benda yang ada di lingkungannya. Namun cara berpikirnya masih tergantung pada obyek konkrit dan rentang waktu kekinian, serta tempat di mana ia berada (concrete, here, and now). Mereka belum dapat berpikir abstrak.
Menurut teori perkembangan emosi Erik Erikson, sampai umur 3,5 tahun anak masuk tahapan autonomy vs shame/doubt. Pada tahap ini, seorang anak harus mampu melakukan sesuatu dan merasa unik (dengan segala kelebihannya) sebagai individu. Kalau orang tua terlalu membatasi atau banyak melarang, maka mereka akan mempunyai rasa malu dan ragu tentang kemampuan dirinya. Dari buku disarankan, mereka hendaknya dibiarkan bebas bereksperimen dan bereksplorasi meskipun tetap dalam pengawasan orang tua agar terhindar dari hal-hal yang membahayakan. Lewat usia 3,5 tahun, masuk tahapan initiative vs guilt. Jika perkembangan emosi pada tahapan sebelumnya baik, maka akan berpotensi berkembang ke arah positif. Yaitu anak yang penuh kreativitas, antusias dalam melakukan sesuatu, aktif bereksperimen, berimajinasi, berani menagmbil resiko dan senang bergaul dengan kawannya. Pada masa ini anak sudah harus diajarkan rasa tanggung jawab, misalnya membereskan mainannya, mencuci tangan dan sebagainya. Semakin anak merasa bertanggung jawab, anak semakin mempunyai inisiatif.
Thomas Lickona, memasukkan anak umur 3 tahun dalam kelompok fase 1, yaitu berfikir egosentris (self oriented morality). Tahapannya dari usia 1 tahun sampai 4 atau 5 tahun. Anak pada usia ini cenderung egois, sehingga sulit berbagi mainan dengan kawan-kawannya. Pada masa ini anak-anak sudah dapat diperkenalkan dengan sopan santun dan perbuatan baik buruk. Anak agak sulit diatur, sehingga memerlukan kesabaran orang tua.
Masih menurut Lickona, anak pada fase ini juga senang melanggar aturan, memamerkan diri dan senang memaksakan keinginannya yang kadang-kadang dilakukan secara manipulatif dan berbohong. Namun anak pada fase ini sudah mampu memahami kaidah moral baik-buruk jika diajarkan. Anak pada fase ini juga sudah mempunyai kapasitas untuk berempati.
Penting untuk diingat, tahapan moral yang bersifat egosentris ini adalah sesuatu yang wajar untuk tahapan usia ini. Para pendidik hendaknya mengerti, bahwa anak-anak pada fase ini memang agak sulit ditangani, tetapi ini tidak akan berlanjut lama.
kayaknya tugas kedepan makin sulit ajah

Tidak ada komentar: